BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Administrasi pembangunan pada dasarnya bersumber dari
administrasi negara. Dengan demikian, kaidah umum administrasi Negara berlaku
pula pada administrasi pembangunan. Jadi, adanya sistem administrasi negara
yang mampu menyelenggarakan pembangunan menjadi prasyarat bagi berhasilnya
pembangunan. Di lain pihak, sistem pemerintahan di negara berkembang pada awal
kemerdekaannya, umumnya menpunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Pertama, kelembagannya mewarisi sistem administrasi kolonial yang
sangat terbatas cakupannya, karena tujuan pemerintahan kolonial bukan memajukan
bangsa jajahan, tetapi mengeksploitasinya. Kedua, sumber daya
manusianya terbatas dalam kualitas. Jabatan banyak diisi oleh orang-orang yang
tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk jabatan itu. Ketiga,
kegiatan sistem pemerintahan terutama untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi
pemerintahan yang bersifat umum atau rutin, yang tidak berorientasi pada
pembangunan.
Pada dasarnya, administrasi pembangunan adalah bidang studi
yang mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun
serta upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Ini berarti dalam studi dan
praktek adminstrasi pembangunan diperlukan adanya perhatian dan komitmen
terhadap nilai-nilai yang mendasari dan perlu diwujudkan menjadi dasar etika
birokrasi.
Dengan demikian ada dua sisi dalam batasan pengertian
administrasi pembangunan tersebut. Pada sisi pertama tercakup upaya untuk
mengenali peranan administrasi negara dan pembangunan, atau dengan kata lain
administrasi dari proses pembangunan, yang membedakannya dengan administrasi
negara dalam pengertian umum. Pada sisi kedua tercakup kehendak untuk
mempelajari dengan cara bagaimana membangun administrasi negara sehingga dapat
menyelenggarakan tugas atau fungsinya secara lebih baik dan lebih mengetahui
sasaran-sasaran
apa saja yang di dalam pembangunan administrasi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
pengembangan Kelembagaan?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Manajemen Sumber Daya Manusia ?
3.
Bagaimanakah
Pengembangan Kemampuan?
4.
Bagaimanakah
Pengembangan Citra Positif ?
5.
Bagaimanakah
prihal Budaya Organisasi ?
1.3 Tujuan
Rumusan
1.
Untuk
mengetahui pengembangan Kelembagaan.
2. Untuk mengetahui yg dimaksud dengan
Manajemn Sumber Daya Manusia.
3.
Untuk
mengetahui Pengembangan Kemampuan.
4.
Untuk
mengetahui Pengembangan Citra Positif.
5.
Untuk
mengetahui Prihal Budaya Organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan
kelembagaan pembahasan tentang aspek kelembagaan sebagai salah satu sasaran
pembangunan administrasi dengan sengaja dan secara sadar penulis batasi pada
organisasi dilingkungan eksekutif pemerintah negara, dan tidak termasuk tidak
termasuk aspek kelembagaan legislatif dan tidak yudikatif. Pembatasan yang
dilakukan karena aspek organisasional dikedua lembaga konstitusional tersebut
tidak penting, akan tetapi hanya karena yang menjadi sorotan perhatian penulis
adalah pembangunan administrasi dilingkungan birokrasi pemerintahan. Dalam pada
itu perlu ditambahkan bahwa untuk kejelasan apa yang dimaksud, adakalanya
penulis menggunakan contoh dari dunia bisnis ataupun dunia pendidikan.
a.
Prinsip-prinsip organisasi
Titik
tolak yang kiranya tepat digunakan untuk mencapai sasaran pembangunan
administrasi dilihat dari aspek kelembagaannya ialah pemahaman tentang
prinsip-prinsip organisasi dan penerapannya.
1. Kejelasan
tujuan. Siapa pun akan mengakui bahwa suatu organisasi termasuk negara,
didirikan untuk mencapai tujuan tertentu. Para pakar pada umumnya menekankan
bahwa : (a) tujuan merupakan bintang penuntun yang memberi arah kepadasemua
kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, (b) tidak perlu dipersoalkan siapa
yang menentukan tujuan tersebut, (c) penting menumbuhkan presepsi yang sama
dari semua pihak tentang makna hakiki dari tujuan meskipun belum terdapat
pemahaman secara mendetail karena sifatnya yang idealistik, jangkauan waktu
yang jauh kedepan, dinyatakan secara kualitatif dan bentuknya masih abstrak,
(d) terdapat kesepakatan bersama tentang layaknya tujuan untuk dicapai dengan mengeraghkan
segala kekuatan dan kemampuan seluruh komponen organisasi, serta (e) kegiatan
yang dilaksanakan kemudian berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan tersebut.
2. Kejelasan
misi. Misi merupakan langkah-langkah utama yang harus diemban dallam rangka pencapaian
tujuan. Pada gilirannya, kejelasan misi akan mempermudah manajemen untuk
menyartakan visinya, menentukan strategi yang akan ditempuh, menyusun rencana
yang akan diperlukan, serta menentukan program kerja semua satuan kerja dalam
organisasi untuk kemudian dilaksanakandengan sebaik mungkin.
Kejelasan misi,
contohnya : KPU menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, DPD,
Presiden, Wapres serta pejabat-pejabat lainnya.
Analisa
visi misi organisasi yang ada di Pekanbaru
Contoh
yang diambil dari Kantor Pemilihan Umum (KPU)
- Visi yang ditetapkan mencerminkan gambaran
peran dan kondisi yang ingin diwajibkan komisi pemilihan umum dimasa depan.
Visi
KPU : Menjadi penyelenggara pemilihan umum yang mandiri, non partisan, tidak
memihak, transparan dan profesional, berdasarkan asas-asas pemilihan umum
demokratis, dengan melibatkan partisipasi rakyat seluas-luasnya sehingga hasil
dipercaya masyarakat.
-
Misi ditetapkan merupakan peran strategi yang diinginkan KPU untuk mencapai
visinya.
Misi
KPU :
a. Menyelenggarakan
pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wapres serta
pejabat publik lainnya.
b. Meningkatkan
pemahaman tentang hak dan kewajiban politik rakyat Indonesia untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif, beradab.
c. Melayani
dan memperlakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara.
d. Melakukan
evaluasi secara menyeluruh terhadap penyelenggara pemilihan umum untuk
meningkatkan kualitas pekerjaan umum berikutnya.
3. Fungsionalisasi.
Kenyataan menunjukkan bahwa organisasi pemerintahan merupakan organisasi yang
besar. Besarnya organisasi tersebut berangkat dari banyaknya fungsi yang hrus
diselenggarakan, baik dalam arti pemberian pelayanan kepada masyarakat,
pengaturan, maupun pembangunan. Oleh karena itu, pembagian tugas antara
berbagai satuan kerja dalam lingkungan organisasi tidak dapat dielakkan.
Pembagian tugas itulah yang harus didasarkan atas prinsip fungsionalisasi untuk
menjamin bahwa: (a) semua fungsi yang harus diselenggarakn terbagi habis
diantara berbagai satuan kerja yang ada, (b) tidak ada fungsi yang ketinggalan
tanpa penanggung jawab yang jelas, suatu hal sering terjadi terhadap fungsi
tertentu yang karena di anggap tidak penting, (c) tidak terjadi perebutan atas
fungsi yang dipresepsikan sebagai fungsi yang penting. Pemahaman prinsip
fungsional menjadi lebih penting apabila diingat bahwa dalam banyak satuan
kerja dalam linkungan pemerintahan sering terdapat presepsi yang bersifat
dikotomi yang menyatakan satuan-satuan kerja pelaksana tugas pokok lebih
penting dari satuan-satuan kerja pelaksana penunjang. Dengan pembangunan
administrasi dikotomi seperti itu diharaokan bisa hilang.
4. Pembagian
tugas. Karena banyaknya fungsi yang harus diselenggarakan oleh pemerintah
dengan seluruh jajarannya, salah satu penerapan prindip fungsional ialah
kejelasan dalam pembagian tugas. Prinsip ini sangat penting karena : (a) tidak
sedikit tugas yang sangat spesialistik sehingga memerlukan deskripsi dan
spesifikasi tugas yang sejelas mungkin, (b) beban kerja yang harus dipikul
tidak mungkin merata tetapi berbeda-beda, (c) kontribusi satuan kerja pelaksana
tugas tertentu ke arah pencapai tujuan yang tidak sama, (d) persyaratan
pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dari dan harus dipenuhin oleh para
pelaksana berbeda-beda pula, dan (e) struktur organisasi harus disesuaikan
dengan tuntutan tugas-tugas tersebut.
Pembagian Tugas,
contohnya : Dalam organisasi BEM pekerjaan harus dibagi secara rata dalam hal
ini adalah program kerja agar semua pengurus bisa mendapat porsi pekerjaan yang
sama dengan pengurus lain agar pemloting panitia berjalan dengan baik.
5. Departementalisasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam pembagian tugas ialah apa yang
dikenal dengan istilah “departementalisasi”. Artinya semua tugas yang harus
dilaksanakan dikelompokkan kedalam “departemen”. Empat pendekatan dalam
menggunkan cara ini ialah sebagai berikut:
a) Pendekatan
fungsional. Dalam suatu perusahaan, misalnya, terdapat beberapa fungsi seperti
produksi, pemasaran, promosi, penjualan, manajemen sumber dya manusia,
keuangan, logistik, akutansi dan perkantoran. Fungsi-fungsi itulah yang
dilembagakan dalam bentuk satuan-satuan kerja, tanpa membedakan apakah tugas
yang akan diemban berupa tugas pokok atau tugas penunjang.
b) Penekatan
produk. Misalnya, dengan kembali menggunakan suati perusahaan sebagai contoh,
pendekata produk sering digunakan oleh perusahaan otomotif yang besar. Dalam
perusahaan otomotif besar produk-produk yang dihasilkan adalah truk, bis,
kendaraan keluarga seperti van, sedan, dan bahkan mungkin mengasilkan kendaraan
bagi angkatan perang seperti tank dan lainnya. Pendekatan produk berarti bahwa
dalam lingkungan perusahaan terdapat berbagai satuan kerja yang bertugas untuk
menghasilkan prodik tertentu.
c) Pendekatan
pelanggan. Seperti dimaklumi, setiap organisasi, termasuk dalam lingkungan
pemerintahan, mempunyai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik mungkin
sehingga menjadi pelanggan yang loyal karena keouasan yang dialaminya.
Dinyatakan secara elsplisit atau implisit, diakui atau tidak, berbagai instansi
dalam lingkungan pemerintahan sesungguhnya diciptakan dan dikelola berdasarkan
pendekatan ini. Memamng benar istilah melayani pelanggan dalam lingkungan
pemerintahan perlu disosialisasikan dan dibudayakan.
d) Pendekatan
proses. Dalam menghasilkan produk tertentu, apakah itu barang atau jasa yang
bagi sebagian aparatur pemerintah berupa ketentuan-ketentuan normatif sebagai
salah satu produknya, pasti melalui proses tertentu. Jika menggunakan
pendekatan ini, langkah-langkah yang harus diambil dalam proses itulah yang
dijadikan dasar untuk menciptakan berbagai satuan kerja dalam organisasi, mulai
dari pencarian masukan (input), lankah-langkah pengolahannya sampai
menghasilkan iuran (output).
6. Keseimbangan
antara wewenag dan tanggung jawab. Merupakan hal yang manusiawi apabila dalam
kehidapan organisasionalnya, seseorang cenderung memeperbesar wewenangnya dan
memeperkecil tanggung jawabnya. Meskipun sifat demikian tidak dapat dibenarkan
dilihat dari siudut pandang etika dan administratif, adanya kecendrungan
tersebut harus dipahami. Untuk menghilangka atau paling sedikit mengurangi
kecendrungan itulah prinsip ini sangat penting sebab jika wewenag tidak
diimbangi dengan tanggung jawab. Kemungkinan menyalahgunakan wewenang akan
makin besar. Sebaliknya jika dalam pelaksanaan tuhasnya seseorang hanya
dituntut bertanggung ajwab tanpa diimbangi oleh wewenang bertindak, tidak
mustahil timbul keraguan-keraguan. Kedua-duanya tidak kondusif dalam
peningkatan kinerja organisasi.
Keseimbangan wewenang dan Tanggung
jawa,
contohnya : Seorang presiden BEM mempunyai wewenang dalam menyetujui atau
membatalkan program kerja yang akan dilakukan oleh organisasi tersebut dalam
sebuah rapat kerja. Dan seorang presiden BEM berhak memberhentikan pengurus
yang dinilia tidak bisa membantu organisasi dalam mencapai tujuan.
7. Kesatuan
arah. Telah ditekankan dimuka bahwa dengan kejelasan tujuan, segala sesuatu
yang kemudian terjadi dalam organisasi harus diarahkan kepada pencapaian tujuan
tersebut. Penerapan prinsip ini antara lain berarti bahwa efisiensi,
efektifitas dan produktifitas kerja mutlak perlu ditingkatkan yang berarti
adanya upaya agar tidak ada kegiatan yang mubazir dan agar langkah-langkah
operasional yang diambil bukan untuk kepentingan individu atau kelompok
melainkan demi kepentingan organisasi sebagai keseluruhan.
8. Kesatuan
komando. Prinsip ini biasanya dikaitkan dengan sumber perintah di satu pihak
dan jalur tanggung jawab di pihak lain. Artinya seorang pelaksana tugas
tertentu, tanpa membedakan apakah tugas itu bersifat manajerial atau teknis
operasional, seyogiannya hanya menerima perintah dari satu sumber, yaitu atasan
langsungnya dan kepada atasan langsung itu pulalah yang bersangkutan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan perintah yang diterimanya.
Kenapa
adanya kesatuan komando
Karena
karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Karyawan itu hanya
menerima perintah dari satu sumber yaitu atasan langsung. Juga demi kejelasan
perintah agar para pelaksana tidak bingung.
Kesatuan perintah,
contohnya : Dalam BEM kampus itu harus ada seorang pemimpin yang memanajemen
satff-staffnya dan yang memberikan perintah kapan harus melakukan sebuah
pekerjaan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Pemimpin tersebut haruslah
satu orang agar tidak membuat bingung staff-staff yang melakukan pekerjaan.
9. Kejelasan
kebijaksanaan tentang pola pengambilan keputusan. Telah dimaklumi bahwa
terdapat dua pola pengambilan keputusan, yaitu pola sentralisasi dan pola
disentralisasi. Jika suatu organisasi menggunakan pola sentralisasi berarti
bahwa semua keputusan diambil oleh para pejabat pimpinan puncak dalam
organisasi yang bersangkutan dan satuan kerja serta para manajer tingkat bawah
hanya berperan selaku pelaksana. Sebaliknya jika disentralisasi yang
diterapkan, para pejabat pimpinan pada eselon bawahan diberikan wewenang untuk
mengambil keputusan.
10. Rentang
kendali. Dengan motivasi kuat, loyalitas yang dapat diandalkan, disiplin kerja
yang tinggi, rasa tanggung jawab yang besar, dedikasi dan rasa pengabdian yang
mendalam sekalipun, pengawasan tetap diperlukan. Dasar pemikiran tentang tetap
pentingnya pengawasan ialah kerena di akui bahwa tidak ada manusia yang
sempurna dan pasti mempunyai keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan. Karena itu tidak luput dari kemungkinan berbuat khilaf dan
kesalahan.
b.
Pentingnya
Pendekatan Kesisteman
Organisasi
menurut Gitosudarmo adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas
kerjasama yang dilakukan secara terartur dan berulang-ulang oleh sekelompok
orang untuk mencapai suatu tujuan. Organisasi modern, termasuk organisasi dalam
lingkungan pemerintah, harus dikelola dengan pendektan kesisteman. Pada dasarnya,
pendekatan kesisteman berarti bahwa bagaimana pembagian tugas yang dilakukan
yang kemudian dilembagakan dalam berbagai satuan kerja baik yang sifatnya seku
pelaksana tugas pokok maupun tugas penunjang semuanya harus bergerak sebagai
kesatuan yang utuh.
Hal lain yang dikiranya perlu
mendapat penekanan ialah bahwa pengelolaan organisasi dengan pendekatan
kesisteman akan sangat mempermudah pelaksanaan koordinasi yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas kerja. Pengalaman menunjukkan bahwa jauh lebih
mudah untuk mengatakan koordinansi itu penting dibandingkan menerapkannya. Dua
alasan pokok adalah:
·
Mutlaknya interksi dan interdependensi
tidak selalu di dasari oleh pelaksana
·
Sering timbul dipermukaan apa yang
sering disebut sebagai territorial imperative yang berarti adanya anggapan
bahwa karena sudah dinyatakan dalam uraian pekerjaan satuan kerja yang
bersangkutan, bidang tugas tertentu sepenuhnya merupakan tanggung jawab para
pelaksananya dan tidak boleh dimasuki oleh satuan kerja lain yang mana pun
juga.
Secara umum
mungkin memang pendekatan sistem dapat diterapkan untuk menganalisa
masalah-masalah dalam kegiatan pembangunan. Karakteristik umumnya dapat
digambarkan:
Pertama, setiap
sistem memiliki kehendak atau tujuan. Ini menyangkut beberapa komponen dalam
hubungan terbatas yang merupakan keluaran atau sasaran-sasaran tertentu yang
dapat dibedakan dari elemen lingkungan.
Kedua,
elemen-elemen komponen atau variabel yang ada membentuk kualitas karakteristik
keseluruhan sistem, bukan dirinya sendiri. Elemen-elemen yang dimaksud dapat
berupa peraturan, tuntutan, atau kondisi psikologis individu atau organisasi,
tapi bukan berarti individu atau organisasi itu sendiri.
Ketiga,
elemen-elemen sistem selalu berada dalam hubungan dinamis dengan masukan yang
selalu masuk dan keluaran yang selalu keluar.
Keempat, sistem
terbuka mungkin saja memiliki interelasi diantara variabel-variabelnya.
Kelima, sistem
sosial yang sedang dibicarakan adalah sistem yang mempunyai arah. Setiap sistem
mempunyai sasaran. Dan kerja atau proses mencapai sasaran tersebut disebut
kerja administrasi sistem. Untuk itu ada empat fungsi administrasi yang harus
terpenuhi:
Ø Pembuatan
keputusan
Ø Spesifikasi
Ø Komunikasi
dan
Ø Pengendalian.
2.2
Manajemen Sumber Daya Manusia
MSDM adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan organisasi/pemerintahan, karyawan, dan masyarakat. MSDM
lebih memfokuskan pembahasan mengenai pengaturan peranan manusia dalam
mewujudkan tujuan yang optimal.
Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan
dari sebuah instansi pemerintahan.. SDM juga merupakan kunci yang menentukan
perkembangan Pemerintahan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang
dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana
untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Dewasa ini, perkembangan terbaru
memandang karyawan bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa
modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah
istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di
sini SDM dilihat bukan sekadar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai
dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi)
dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif
SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pengertian mikro dan makro. Pengertian SDM secara mikro adalah
individu yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan
biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain
sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara makro adalah penduduk suatu negara
yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun
yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian
Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu
organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang
harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Dapat ditegaskan bahwa dalam
organisasi apa pun, termasuk berbagai satuan kerja di lingkungan pemerintahan,
Sumber Daya Manusia merupakan sumber yang paling strategis. Untuk mewujudkan hal tersebut, manajemen
sumber daya manusia harus dijadikan sebagai salah satu sasaran pokok dalam
pembangunan administrasi. Dengan perkataan lain, satuan kerja yang menangani
sumber daya manusia dalam organisasi harus mampu secara efektif , menyelenggarakan
semua fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Fungsi – fungsi tersebut dibahas
secara garis besar berikut ini.
a.
Kerangka
Dasar Pemikiran Manajemen Sumber Daya Manusia
Peningkatan
kemampuan organisasi menghadapi berbagai tantangan. Setiap organisasi selalu
menghadapi berbagai tantangan. Bagi organisasi di lingkungan pemerintahan
tantangan tersebut dapat bersifat global dan atau regional, yang berasal dari
lingkungan, internal organisasi, fungsional, dan individual.
1. Pada
tingkat global dan regional, tantangan yang dihadapi pada umumnya bersifat
politik dan ekonomi. Menyelenggarakan hubungan luar negeri yang diabdikan
kepada kepentingan nasional adalah contoh konkret dibidang politik. Tantangan
dalam bentuk persaingan antarnegara untuk menarik minat para investor asing
merupakan contoh di bidang ekonomi, baik pada tingkat global maupun regional.
Contoh Kasus :
Praktek Illegal,
Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing) merupakan tindakan
kriminal lintas negara yang terorganisir dan secara jelas telah menyebabkan
kerusakan serius bagi Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik
lainnya. Selain merugikan ekonomi, sosial, dan ekologi, praktik ini merupakan
tindakan yang melemahkan kedaulatan wilayah suatu bangsa. Bahkan perang
terhadap IUU Fishing pernah dibahas bersama pada bulan Oktober 2010 lalu
Indonesia bersama 21 negara yang tergabung dalam Asia-Pasific Economic
Development (APEC) telah bersepakat untuk lebih gencar dalam memerangi dan
mengatasi illegal fishing.
FAO adalah
salah satu organisasi yang berada di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
berkewenangan mengurus berbagai hal yang berhubungan dengan pangan di dunia dan
hasil-hasil pertanian.
Food and Agriculture Organization (FAO) juga
telah berupaya memerangi IUU fishing dengan menelurkan International
Plan of Action dimana menghimbau adanya larangan impor, mem blacklist
kapal yang tertangkap melakukan IUU fishing dan aksi ilegal lainnya
seperti transshipment dengan kapal lain di tengah laut. Selanjutnya, ada
action plan lain untuk mencegah aktivitas IUU fishing seperti
menginspeksi kapal dan memeriksa dokumen-dokumen perizinan di setiap pelabuhan
perikanan.
Upaya lain dari FAO adalah dengan
menerbitka aturan tentang Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF)
sangat membantu Negara-negara yang mengalami permasalahan IUU Fishing.
Implementasi terhadap CCRF diharapkan dapat mengurangi kegiatan IUU Fishing di
Indonesia apabila dijalankan dengan benar.
2. Tantangan
yang berasal dari lingkungan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena berbagai tuntutan dari
masyarakat yang makin dinamis serta makin berani menuntut haknya yang
kesemuanya menuntut keterbukaan atau transparansi birokrasi pemerintahan baik
dalam menyelenggarakan fungsi pengaturan maupun pemberian pelayanan umum.
Tantangan ini sangat berat bagi birokrasi yang sudah terbiasa bekerja tertutup
atau tidak transparan.
Pemerintahan yang tidak transparan adalah pemerintahan yang tidak terbuka ,
maksudnya adalah system pemerintahan dalam memerintah suatu daerah dianggap
ditutup-tupupi dan tidak mau menerima ataupun mendapat campur tangan dari pihak
luar . system pemerintahan yang tidak transparan ini tentunya akan menciptakan
suasana yang tidak kondusif , suasana yang tidak nyaman tentram dan sejahtera. Berikut
contoh system pemerintahan yang tidak transparan .
Asas – Asas Pemerintahan Yang Tansparan
Tap MPR No. XI/MPR/1998 yang
kemudian diatur dalam UU RI Nomor 28 tahun 1999 Pasal 3 menegnai Asas-asas
hukum Penyelenggaraan Negara, diantaranya, meliputi asas keterbukaan atau
transparansi. Keterbukaan atau transparansi adalah asas yang membuka diri
terhadap masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan Negara dengan teta memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi,golongan, dan rahasia Negara.
Selain asas tersebut, ada pula asas-asas lain yang
mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan yang transparan. Antara lain :
1. Asas kepastian hukum : adalah asas dalam Negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang – undangan , kepatutan,
dan keadilan didalam setiap kebijkan penyelenggaraan Negara.
2. Asas tertib penyelenggaraan : adalah asas yang
menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggaraan Negara.
3. Asas kepentingan hukum : adalah asas yang
mendahulukan kesejahteraan rakyat dan kewajiban penyelenggaraan Negara.
4. Asas Proporsionalitas : adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara.
5. Asas perofesionalitas : adalah asas yang
mengutamakan keahlian berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
6. Asas akuntansibilitas :adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
Negara harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Berikut
contoh system pemerintahan yang tidak transparan .
a. KORUPSI
Kasus korupsi merupakan salah satu
contoh tindak pejabat yang tidak terbuka kepada rakyat nya . mereka menutupi
diri sehingga rakyat tidak tau apa yang sedang terjadi , apa yang sedang mereka
lakukan . mereka para koruptor menganggap kalau “ ah , rakyat tidak tau apa-apa
tentang duit ini” jadi mereka tinggal menyimpan nya untuk memperkaya diri serta
sanak saudaranya . dalam kasus terbesar yang pernah terjadi khususnya di Indonesia
, korupsi ini malah dijadikan ajang lomba banyak-banyakan uang mana yang
menghasilkan korupsi terbanyak . contoh adalah kasus century Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) juga diduga melakukan rekayasa peraturan agar Bank Century
mendapat tambahan dana. Beberapa hal kemudian terungkap pula, saat Bank Century
dalam pengawasan khusus, ada penarikan dana sebesar Rp 938 miliar yang tentu
saja, menurut BPK, melanggar peraturan BI. Pendek kata, terungkap beberapa
praktik perbankan yang tidak sehat. Ini menunjukan bahwa pemerintahan nya tidak
transparan.
3. Tantangan
organisasional berkisar pada peningkatan kinerja organisasi yang hanya dapat
terwujud melalui peningkatan efesiensi, efektivitas, produktivitas, etos kerja,
disiplin, loyalitas, dedikasi, komitmen, jiwa pengabdian, orientasi pelayanan
dan cara kerja yang cepat, cermat dan aman tetapi bersahabat. Tantangan ini
tidak dapat dihadapi dengan pendekatan teknis karena keberhasilan sangat
ditentukan oleh perubahan sikap mental.
4. Tantangan
fungsional pada dasarnya timbul karena makin kuatnya tuntutan terhadap
ketersediaan tenaga – tenaga spesialis da penyelenggaraan berbagai fungsi yang
harus ditangani oleh manajemen.
5. sumber
daya manusia secara profesional. Perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa
makin banyak fungsi manajemen sumber daya manusia yang hanya dapat
terselenggara dengan baik apabila diselenggarakan oleh tenaga spesialis yang
memiliki sertifikat untuk itu.
6. Yang
dimaksud dengan tantangan individual ialah bahwa dalam manajemen sumber daya
manusia, cita – cita, harapan, aspirasi, keinginan dan kebutuhan para anggota
organisasi sebagai manusia dan selaku karyawan harus di upayakan agar terpenuhi
dengan memuaskan karena dengan demikian mereka akan termotivasi untuk
menampilkan perilaku positif.
b.
Fungsi-Fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM merupakan proses
sistematik yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan
organisasi, memperlakukan pegawai secara adil dan bermartabat, serta
menciptakan kondisi yang memungkinkan pegawai memberikan sumbangan optimal
terhadap organisasi. Berikut fungsi-fungsinya :
1. Penciptaan
dan pemeliharaan sistem informasi sumber daya manusia
Penciptaan
dan pemeliharaan suatu sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) yang andal
sangat penting karena berdasarkan informasi itulah langkah-langkah dalam
manajemen sumber daya manusia diambil. Sumber masukan yang biasanya digunakan
untuk menciptakan sistem tersebut ialah klasifikasi jabatan, karena semua orang
dalam organisasi pasti mempunyai jabatan dalam arti jabatan manajerial,
profesional, teknikal, dan operasional. Analisis pekerjaan yang menghasilkan
informasi tentang deskripsi pekerjaan yang berisi informasi tentang apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana menyelesaikannya dengan baik, spesifikasi
pekerjaan yang mengandung informasi tentang persyaratan apa yang harus dipenuhi
oleh seseorang yang memangku jabatan dan melaksanakan pekerjaan tertentu, dan
standar mutu hasil pekerjaan dalam arti tolok ukur yang digunakan untuk menilai
apakah seseorang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak.
2. Perencanaan
tenaga kerja
Perencanaan
tenaga kerja mutlak perlu baik dalam arti penambahan. Mempertahankan yang ada,
maupun dalam arti pengurangan. Teori manajemen sumber daya manusia mutakhir
menekankan pentingnya ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Apakah tenaga kerja perlu ditambah, atau sekedar mempertahankan
yang ada atau pengurangan tergantung atas tiga faktor, yaitu:
a) Faktor
lingkungan seperti faktor ekonomi, faktor politik, tuntutan peraturan perudang-undangan,
faktor sosial budaya, dan pemanfaatan tegnologi
b) Faktor
organisasional seperti adanya strategi baru, adanya tugas baru, anggaran yang
tersedia.
c) Faktor
ketenagakerjaan sendiri seperti adanya karyawan yang berhenti atas kemauan
sendiri, misalnya karena pindah bekerja keorganisasi yang lain, adanya karyawan
yang diberhentikan karena terkena sanksi disiplin, adanya karyawan yang
meninggal, dan adanya karyawan yang memasuki masa purnabakti dengan hak
pensiun.
Dengan
kata lain, perencanaan tenaga kerja diperlukan karena terdapat lowongan dalam
organisasi. Lowongan kerja perlu diisi. Caranya ialah dengan menggunakan
“rumusan permintaan dan penawaran”. Sebab-sebab timbulnya permintaan tercermin
pada tiga faktor yang telah disinggung di atas. Sedangkan penawaran memerlukan
pemahan tentang dua sumber utamanya, yaitu penawaran internal dan eksternal.
Yang dimaksud dengan penawaran secara internal ialah,
a) Dengan
melakukan rotasi para pegawai dalam arti alih tugas dan alih tempat.
b) Promosi
orang-orang tertentu yang dipandang memenuhi berbagai persyaratan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi dan memikul tanggung jawab yang lebih
besar. Satu hal yang akan mempermudah penggarapan sumber internal ialah “bagan
pergantian” sepanjang hal itu dapat dilakukan
seperti proyeksi pemensiunan karyawan pada satu waktu tertentu dimasa
depan. Penawaran eksternal adalah berbagi sumber yang dapat digarap diluar
organisasi yang bersangkutan. Suatu catatan kecil yang perlu dikemukakan mengenai
hal ini adalah bahwa penawaran eksternal ditanggapi apabila a) Suplay internal
tidak mencukupi, b) diperlukan tenaga tambahan pada tingkat bawah, dan c)
karena kebutuhan mendesak untuk posisi manajerial tertentu, organisasi terpaksa
menganut kebijaksanaan memanfaatkan titik masuk lateral.
Dalam
hal perlunya penambahan tenaga kerja, pengisian lowongan dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yaitu pendekatan internal dan eksternal. Rekrutmen secara
internal biasanya berupa pengumuman adanya lowongan dan karyawan didorong untuk
mencalonkan diri mengisi lowongan yang ada atau dengan upaya mempengaruhi
karyawan yang mau berhenti untuk membatalkan niatnya. Secara eksternal,
jalur-jalur rekrutmen yang dapat digarap ialah :
a) Pelamar
yang datang sendiri
b) Surat-surat
lamaran yang masuk
c) Lamaran
karena informasi orang dalam
d) Iklan
e) Balai
latihan kerja, baik yang diselenggarakan pihak swasta maupun oleh pemerintah
f) Lembaga
pendidikan formal
g) Badan
penyedia tenaga kerja terutama yang memiliki keterampilan teknis
h) Instansi
pemerintah yang menangani ketenagakerjaan secara nasional
i)
Perusahaan yang bergerak dalam pencarian
tenaga kerja profesional
j)
Badan penyedia tenaga kerja sementara.
Tentunya
tidak semua jalur tersebut perlu digarap, karena itu manajemen sumber daya
manusia perlu memahami jalur mana yang paling tepat untuk digunakan sehingga
tenaga kerja baru yang diperlukan, dalam arti jumlah dan kualifikasinya dapat
direkrut dengan waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.
3. Seleksi
Dalam
keseluruhan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia, seleksi merupakan langkah
yang amat penting karena hasil seleksi yang menetukan tersedia tidaknya sumber
daya manusia yang diperlukan oleh suatu organisasi. Hal-hal yang harus mendapat
perhatian dalam seleksi ialah sebagai berikut :
a) Penelitian
yang cermat dari informasi yang terdapat dalam surat lamaran yang masuk.
Penelitian dimaksud bukan hanya melihat kelengkapan informasi yang diberikan,
akan tetapi juga sebagai cerminan ketelitian pelamar yang pada gilirannya akan
mempercepat terselesaikannya proses seleksi.
b) Pelaksanakan
berbagai macam tes, termasuk tes kepemimpinan, tes kepribadian, psikologis,
kejujuran, pengetahuan dan keterampilan dan tes kecekatan menggunakan
bagian-bagian tubuh termasuk kemampuan mengkoordinasikannya.
c) Pelaksanaan
wawancara yang harus bersifat dua arah. Artinya, bagi pencari tenaga kerja,
wawancara merupakan kesempatan untuk menggali informasi lebih lanjut tentang
diri pelamar. Sebaliknya, bagi pelamar wawancara merupakan kesempatan untuk
menggali informasi tambahan tentang organisasi yang ingin dimasukinya sehingga
yang bersangkutan dapat memutuskan apakah organisasi yang bersakutan merupakan
tempat yang cocok baginya untuk berkarya atau tidak.
d) Wawancara
tidak hanya dilakukan oleh tenaga spesialis yang mendapat tugas wawancara
pelamar, akan tetapi juga oleh calon atasa langsungnya, yaitu pimpinan satuan
kerja dimana pelamar akan ditempatkan. Pentingnya keterlibatan informasi
tambahan yang menyngkut tugas pekerjaan calon yang sangat mungkin bersifat teknis
dan tidak bisa diberikan oleh tenaga spesialis dan satuan kerja yang mengelola
sumber daya manusia dalam organsiasi dan agar calon atasan langsung itu turut
menilai apakah pelamar akan calon bekerja dalam organisasi atau tidak.
e) Pengecekan
latar belakang pelamar yang dapat
menyangkut kebenaran informasi yang diberikan tentang pendidikan, kesehatan.
Seperti apakah mengidap sakit menular, kebiasaan menggunakan obat terlarang,
riwayat pekerjaan untuk mengetahui apakah pelamar bersifat “bajing loncat” dan
dengan menghubungi orang-orang yang dijadikan referensi oleh pelamar.
Dengan
mengambil langkah-langkah demikian, empat sasaran seleksi diharapkan tercapai,
yaitu
a) Perolehan
tenaga kerja baru dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan organsiasi
b) Bahwa
para pelamar benar-benar memenuhi persyaratan kualitatif yang dituntut oleh
tugasnya kelak.
c) Perolehan
gambaran yang cukup akurat tentang kemampuan pelamar menghadapi stress dalam
pekerjaannya.
4. Penyelenggaraan
program orientasi
Bagi
para karyawan baru, yang masih berstatus calon atau karyawan sementara, sasaran
utama program orientasi ialah menghilangkan rasa takut atau keragu-raguan yang
ditimbulkan oleh berbagai pertanyaan yang belum terjawab seperti apakah yang
bersangkutan akan mampu melakukan pekerjaan yang akan dipercayakan kepadanya,
apakah dirinya diterima oleh calon atasan, rekan sekerja atau para calon
bawahan kalau yang bersangkutan diperoyeksikan untuk menduduki jabatan
manajerial, apakah iklim kerja dalam organisasi akan cocok baginya dan berbagai
pertanyaan sejenis seperti itu. materi program orientasi biasanya mencakup
penyampaian informasi yang selengkap mungkin tentang empat hal, yaitu :
·
Tentang organisasi yang menyangkut para
pendirinya, filsafat yang dianut oleh organisasi, sejarah organisasi, satuan
kerja, produk organisasi dan prosesnya
·
Hak dan kewajiban hari besar yang
merupakan hari libur, pengaturan waktu istirahat, beasiswa, dll
·
Perkenalan kepada pejabat inti, dan para
bawahan serta lokasi kerja
·
Pengenalan tugas termasuk lokasinya,
tempat kerja dan peralatan, kaitan tugas yang bersangkutan.
Bagi para karyawan lama yang mendapat
penugasan baru akibat promosi, alih tugas, dan alih wilayah, program orientasi
perlu dilakukan dengan sasaran utama agar ditempat tugas yang baru itu mereka
segera dapat bekerja secara produktif.
5. Penempatan
Penempatan
adalah keputusan kepegawaian yang berazaskan “the right men on the right job”
yang artinya orang-orang yang tepat pada pekerjaan yang
tepat. Seorang karyawan akan menampilkan kinerja yang baik atau
memuaskan jika yang bersangkutan memiliki motivasi tinggi digabung dengan
kemampuannya dalam arti fisik dan intelektual disertai dengan pemberian tugas
pekerjaan yang sesuai dalam arti mempertimbangkan kepribadian, sistem nilai
yang dianut, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, bakat, dan minat.
Pengalaman menunjukkan bahwa jika karyawan tidak menampilkan kinerja yang
memuaskan, sangat mungkin faktor penyebabnya adalah tidak digunakannya rumus
diatas oleh pimpinan yang menentukan penempatan tersebut.
6. Pelatihan
dan Pengembangan Pegawai
Pelatihan
dan pengembangan pegawai adalah upaya memperbaiki kinerja pegawai di masa kini
maupun di masa depan dengan meningkatkan kemampuan pegawai untuk bekerja,
melalui pembelajaran, biasanya dengan meningkatkan pengetahuan, mutu sikap dan
keterampilan. Pelatihan berbeda dengan pengembangan. Pelatihan adalah segala
kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kinerja pegawai dalam suatu pekerjaan
di mana pegawai tersebut sedang atau akan diangkat menjabat pekerjaan yang
bersangkutan. Pengembangan adalah upaya membantu pegawai secara individual
menangani tanggung jawabnya di masa depan.
7. Manajemen
sistem imbalan yang efektif
Memperoleh
imbalan tetap penting, oleh karena itu, manajemen dalam suatu organisasi perlu
mengupayakan agar imbalan yang diberikan kepada bara bawahan sedemikian rupa
sehingga efektif.
Tersedia
berbagai jenis imbalan yang pemanfaatannya oleh tenaga kerja di sesuaikan
dengan kebutuhannya. Terdapat dua komponen utama yaitu :
1) Imbalan
yang bersifat intrinsik adalah imbalan yang diterima oleh pegawai apabila yang bersangkutan bersedia
untuk melakukan hal-hal tertentu seperti kesediaan menerima tanggung jawab yang
lebih besar, kesediaan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, penampilan
kinerja yang melebihi tuntutan tugas, dan hal-hal sejenis lainnya
2) Imbalan
yang bersifat ekstrinsik adalah berbagai jenis imbalan yang disediakan oleh
organisasi akan tetapi karyawan menetukan sendiri apakah memanfaatkannya, baik
dalam arti keseluruhan atau sebagian.
8. Perencanaan
dan pengembangan karier
Bagi
seorang karyawan salah satu wujud keberhasilan ialah kemajuan dalam kariernya.
Dalam praktek kemajuan dalam karier antara lain berarti bahwa selama seseorang
menampilkan kinerja yang memuaskan, baginya tersedia kesempatan untuk maju dan
mengetahui secara jelas dan pasti puncak tangga karier yang mungkin dicapainya
asal saja berbagai tuntutan kekaryaan seperti hasil pekerjaan yang memuaskan,
loyalitas, disiplin, kejujuran, kerajinan, ketekunan, dsb dipenuhi.
9. Penilaian
kinerja
Penilaian
kinerja yaitu suatu proses mempertimbangkan kinerja pegawai pada masa lalu dan
sekarang yang dikaitkan dengan latar belakang lingkungan kerjanya serta
memperhatikan potensi yang dimiliki pegawai tersebut bagi kepentingan organisasi
di masa yang akan datang. Penilaian bertujuan membantu pegawai yang
bersangkutan mencapai hasil bagi dirinya sendiri dan organisasi.
10. Pemeliharaan
hubungan atasan-bawahan yang serasi
Jika
dimuka ditekankan bahwa setiap pimpinan merupakan manajer sumber daya manusia
juga, salah satu implikasinya ialah adanya kewajiban untuk memelihara hubungan
yang serasi dengan para bawahannya. Dasar-dasar pemikiran pemeliharan ini ialah
mengakui dan menghormati hak-hak asasi para karyawan, memanusiakan manusia
ditempat pekerjaan, pemberdayaan karyawan. Perlunya perkayaan mutu kekaryaan
melalui penyediaan yang simpatik, tugas yang menantang, pemberian tanggung
jawab yang lebih besar, pengenaan sanksi disiplin yang manusiawi dengan
menerapkan prinsip progresivitas dan adil dengan mengambil langkah-langkah
bertahap dalam bentuk teguran lisan dan tulisan.
11. Pemutusan
hubungan kerja (PHK)
1. Pergantian Tenaga Kerja
pergantian
tenaga kerja merujuk pada perpindahan karyawan ke dalam dan keluar dari suatu
organisasi. Dalam menangani pemutusan hubungan kerja, sasarannya bukanlah
peniadaan karyawan seluruhnya. Beberapa pemberhentian karyawan memberi manfaat
bagi perusahaan dalam hal para karyawan yang meninggalkan perusahaan dapat
digantikan dengan karyawan yang lebih bermutu.
2. Pensiun
·
Pensiun Wajib dan Pensiun
Sukarela
Umur
pensiun wajib telah ditentukan dalam perusahaan. Misalnya umur paling umum
adalah 55 tahun. Pensiun sukarela dapat
mengajukan pengunduran diri kepada pengusaha secara tertulis tanpa
paksaan/intimidasi. Terdapat berbagai macam alasan pengunduran diri, seperti
pindah ke tempat lain, berhenti dengan alasan pribadi, bahkan di PHK perusahaan
tersebut dan lain-lain.
·
Berbagai
Program Pensiun
Program-program yang efektif akan mengurangi ketidak-pastian karyawan,
mengurangi kekhawatiran tentang kesehatan, mengurangi kecenderungan untuk
merindukan pekerjaannya yang lama, memungkinkan suatu pengaturan penghasilan
pensiun yang lebih memuaskan, dan meningkatkan jumlah partisipasi social pada
pihak pensiunan.
·
Berbagai
Rencana Penghasilan Pensiun Pemerintah dan Swasta
Rencana Pemerintah, tunjangan-tunjangan yang diberikan berdasarkan
program Jaminan Sosial dibiayai oleh majikan dan karyawan dalam jumlah yang
sama.
Rencana Swasta, tunjangan yang diberikan oleh
Jaminan Sosial bagi sebagian besar pensiunan tidaklah memadai, akibatnya para
majikan dan serikat buruh telah bergerak untuk menyusun rencana-rencana swasta guna
melengkapi tunjangan pemerintah.
3. Pemberhentian
Seorang karyawan yang memenuhi syarat akan dibebaskan dari pemberhentian
karena organisasi itu tidak lagi memerlukan jasanya. Pemberhentian dapat
bersifat sementara karena perusahaan sedang menyesuaikan diri dengan variasi
dalam permintaan pasar atas produknya. Pemberhentian itu dapat juga untuk
selamanya karena perusahaan menutup usaha atau pindah ke tempat yang jauh.
·
Kompensasi
Pengangguran
·
Kompensasi
Pengangguran Tambahan
4. Penempatan Di Luar
Jika perusahaan-perusahaan terpaksa melakukan
pengurangan personel secara besar-besaran, maka ada keputusan yang sangat sulit
yang harus diambil sehubungan dengan kegiatan-kegiatan mana yang harus
diperhatikan, dan karyawan mana di dalam perusahaan itu yang harus dibiarkan
meninggalkan perusahaan. Pada umumnya, sebagian besar perusahaan memanfaatkan
situasi tersebut untuk melepaskan personel yang berprestasi lebih jelek, mereka
yang gajinya telah tumbuh sampai melampaui nilai yang diramalkan, dan mereka
yang walapun bukan tidak mampu, tidak mempunyai kekuatan-kekuatan nyata yang
dapat diidentifikasikan untuk dibangun pada masa mendatang.
5. Pemecatan
Jika ada alasan pemecatan, karyawan tersebut
tidak berhak atas kompensasi pengangguran dalam sebagian besar Negara bagian.
2.3 Pengembangan Kemampuan
Hal
mendasar untuk dijadikan titik tolak berpikir tentang pentingnya pendidikan dan
pelatihan sebagai instrument pengembangan kemampuan ialah bahwa karena
perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat, pengetahuan seseorang
menjadi ketinggalan zaman dalam waktu yang relative sangat singkat dan oleh
karena itu perlu selalu dimuktahirkan.
Dilingkungan
birokrasi pemerintahan dikenal berbagai jenis pendidikan dan pelatihan seperti
pendidikan dan pelatihan jabatan, pendidikan dan pelatihan penjenjangan yang
diperuntukkan bagi mereka yang menduduki jabatan structural, pendidikan dan
pelatihan fungsional yang menyangkut bidang tugas fungsional suatu instansi
tertentu dan pendidikan dan pelatihan bersifat teknis.
Tanpa
mempersoalkan jenis pendidikan dan pelatihan tersebut, yang jelas ialah bahwa
program pendidikan dan pelatihan sudah waktunya diselenggarakan apabila:
terlihat gejala penurunan produktivitas, motivasi karyawan tampak menurun, para
karyawan sering berbuat kesalahan dalam penyelesaian tugas, dll. Dari teori
diketahui bahwa suatu program pendidikan dan pelatihan, sebagai salah satu
strategi pengembangan kemampuan, direncanakan, dan diselenggarakan dengan
mengambil tujuh langkah, yaitu sebagai berikut:
ü Melakukan
analisis dan penentuan kebutuhan, yang berarti memecahkan salah satu
permasalahan yang dirasakan terdapat dalam organisasi
ü Penyusunan
materi pendidikan dan pelatihan yang relevan, mutakhir, dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan tuntutan tugas
ü Pemilihan
peserta yang menghadapi permasalahan tertentu sehingga diharapkan memperoleh
manfaat yang maksimal dari program pendidikan dan pelatihan
ü Pemilihan
instruktur yang kapabel yang tidak hanya menguasai materi yang merupakan
tanggung jawabnya untu mengalihkan kepada para peserta tetapi juga mampu
menggunakan teknik mengajar yang paling efektif
ü Penentuan
teknik dan metode belaja mengajar yang tidak terpaku hanya pada ceramah akan
tetapi juga teknik dan metode lain seperti simulasi role playing, studi kasus
pelatihan laboratorium, bimbingan dalam belaj mandiri, dan management games
ü Penyelenggaraan
yang sebaiik mungkin dalam arti disiplin dalam kehadiran, ketaatan pada jadwal,
penyelenggaraan ujian, dan pemerinksaan hasilnya.
ü Penilaian
dan umpan balik untuk mengetahui apakah program pendidikan dan pelatihan
mencapai sasarannya atau tidak dan apakah efektif atau tidak.
Suatu program pendidikan dan
pelatihan hanya dapat dikatakan efektif apabila terjadi perubahan yang relative
permanen, bukan hanya dalam diri peserta pendidikan dan pelatihan, akan tetapi
juga dalam diri para pengguna tenaga kerja yang terdidik dan dilatih serta
perubahan cara kerja organisasi sebagai keseluruhan.
1.
hakikat pengembangan kemampuan
Kemampuan
adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaannya (Gibson, 1996: 126). Menurut Mitzberg seperti yang
dikutip Gibson, kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menhadapi
pekerjaannya yaitu sebagai berikut.
a) Keterampilan
teknis, yaitu kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur, dan teknik suatu
bidang khusus.
b) Keterampilan
manusia, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain,
memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai kelompok.
c) Keterampilan
konseptual, yaitu kemampuan mental untuk mengoordinasikan dan memandu semua
kepentingan serta kegiatan organisasi.
d) Keterampilan
manajemen, yaitu seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, kepegawaian, dan pengawasan, termasuk didalamnya
kemampuan mengikuti kebijaksanaan dan melaksanakan program dengan anggaran
terbatas.
Handoko (2001:37), dengan mengacu pada
pendapat tersebut, juga membedakan jenis keterampilan atau kecakapan yang
terdiri atas keterampilan atau kecakapan kemanusiaan (human skills),
keterampilan atau kecakapan administrasi (administrative skills), dan
keterampilan atau kecakapan teknik (technical skills).
Dalam konteks ini, Handoko (2001:37)
menegaskan kemampuan administrative adalah keseluruhan keterampilan (kemampuan)
yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian,
dan pengawasan. Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk menyususn
kebijaksanaan dan prosedur, mengelola dengan anggaran terbatas, dan sebagainya.
Menurut Bryant dan White (1989:32),
kemampuan administrasi adalah cara pengurusan rumah tangga yang baik, jika
benar-benar ia tidak akan mengganggu pekerjaan. Adapun Tambunan (1996:53)
menyatakan bahwa kemampuan administrasi menyangkut cara semua bagian organisasi
atau bagian-bagian (departemen) bersatu.
2.
Pentingnya Pendidikan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan
instrument pengembangan kemampuan. Pada lingkungan birokrasi pemerintahan
dikenal berbagai jenis pendidikan dan pelatihan, seperti pendidikan dan
pelatihan prajabatan, pendidikan dan pelatihan perjenjangan yang diperuntukkan
bagi mereka yang menduduki jabatan structural, pendidikan dan pelatihan
fungsional yang menyangkut bidang tugas fungsional instansi tertentu, serta pendidikan
dan pelatihan yang bersifat teknis.
Pelatihan sumber daya manusia
berhubungan erat dengan penilaian terhadap hasil pekerjaan, artinya pelatihan
dilaksanakan setelah ada hasil penilaian. Pelatihan dilakukan agar para
karyawan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sesuai dengan
tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Melaksanakan pelatihan berarti
mengembangkan pengetahuan para karyawan untuk lebih mengenal dan memahami:
ü Seluk
beluk pelaksanaan pekerjaan lebih mendalam
ü Perkembangan
perusahaan
ü Sasaran
yang akan dicapai perusahaan
ü Perlunya
kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan
ü Informasi
yang disampaikan perusahaan
ü Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi perusahaan
ü Hubungan-hubungan
dengan lingkungan
ü Sistem
dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas perusahaan.
Bila
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia tidak dilakukan dalam suatu
perusahaan, maka akan terlihat pada gejala-gejala sebagai berikut:
ü Sering
berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
ü Tidak
pernah berhasil memenuhi standard kerja yang dituntut uaraian pekerjaan
ü Mempunyai
pola piker yang sempit
ü Tidak
mampu menggunakan peralatan yang lebih canggih dalam bekerja
ü Produktivitas
kerja tidak pernah meningkat
ü Perusahaan
tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain
ü Perusahaan
selalu ketinggalan dalam memberikan pelayanan yang baik
Manfaat
kegiatan pendidikan dan pelatihan karyawan, sebagai berikut:
ü Perusahaan
akan berkemampuan menyesuaikan diri dengan kebutuhan sekarang
ü Perusahaan
akan mempunyai SDM yang selalu tampil
meyakinkan dalam melaksanakan pekerjaan
ü Perusahaan
akan mampu menjawab tantangan perkembangan keadaan masa depan
ü Perusahaan
dapat meningkatkan prestasi karyawan secara individual maupun kelompok
ü Perusahaan
dapat mempersiapkan karyawan-karyawan untuk menduduki jabatan yang lebih
tinggi.
Menurut
(Soekidjo Notoatmodjo, 1991) program pendidikan dan pelatihan karyawan bagi
suatu perusahaan memiliki arti penting antara lain sebagai berikut:
1) Sumber
daya manusia atau karyawan yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam organisasi,
belum tentu mempunyai kemampuan yang sesuai dengan persyaratan yang diperlukan
dalam jabatan tersebut. Hal ini terjadi karena sering seseorang menduduki
jabatan tertentu bukan karena kemampuanya, melainkan karena tersedianya
formasi. Oleh sebab itu karyawan atau staf baru ini perlu penambahan kemampuan
yang mereka perlukan.
2) Dengan
adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan mempengaruhi suatu organisasi
atau instansi. Oleh sebab itu jabatan-jabatan yang dulu belum diperlukan,
sekarang diperlukan. Kemampuan orang yang akan menempati jabatan tersebut
kadang-kadang tidak ada. Dengan demikian maka diperlukan penambahan atau
peningkatan kemampuan yang diperlukan oleh jabatan tersebut.
3) Promosi
dalam suatu organisasi adalah suatu keharusan apabila organisasi itu mau
berkembang. Pentingnya promosi bagi seseorang adalah sebagai salah satu reward
dan insentive (ganjaran dan perangsang).
4) Didalam
masa pembangunan ini organisasi atau instansi, baik pemerintah maupun swasta
merasa terpanggil untuk menyelenggarakan pelarihan-pelatihan bagi para karyawan
agar diperoleh efektivitas dan efesiensi kerja sesuai dengan masa pembangunan.
2.4 Pengembangan Citra Positif
A.
Cara membangun citra diri yang positif
Citra adalah sesuatu yang abstrak
(intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin
yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil
penilaian baik atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif
seperti sinis yang khususnya datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat
pada umumnya. Berbicara pencitraan tak lepas dari preposisi seseorang atau
organisasi terhadap citranya dimata public sehingga melahirkan sebuah respon
positif..
citra adalah
kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya
tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra suatu obyek, antara lain diketahui
melalui sikap yang ditunjukkan terhadap obyek tersebut. Semua sikap, bersumber
pada rangkaian pengetahuan, yang bersifat kognitif, yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu obyek.Proses pembentukan citra atau kesan terhadap suatu obyek
organisasi, atau individu tertentu melibatkan empat komponen penting dalam diri
seseorang individu yang meliputi: persepsi, kognisi, motivasi serta sikap.
Walter
Lipman, seorang pakar psikologi sosial, menyebut empat rangkaian itu, dengan
nama,picture in our head. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap
unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Individu akan
memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya mengenai
rangsangan. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi
yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu. Kognisi yaitu
suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan akan timbul
apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut, sehingga individu harus
diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognisinya. Selanjutnya, motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginannya melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Sedangkan sikap adalah kecendrungan bertindak, berpersepsi, berpikir
guna menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Sikap menentukan
apakah seseorang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang
disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap pun mengandung aspek evaluatif
artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang paling
penting pula, sikap ini juga dapat diperteguh, atau pun diubah.
Dalam konteks
kerja seorang Humas, kiranya sangat penting untuk mengetahui apa dan bagaimana
komponen yang terkait dengan proses pembentukan citra itu. Proses pembentukan
citra itu akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu
yang, semuanya hanya bisa dipahami melalui suatu penelitian. Secara teori,
citra yang dibangun melalui proses kerja Humas dikelompokkan dalam beberapa
jenis antara lain:
·
the mirror image, yaitu : citra yang diyakini
oleh manajemen terhadap organisasinya
·
The current image, yaitu : citra yang terdapat
pada public eksternal berdasarkan pengalaman dan pemahaman public eksternal
terhadap organisasi itu
·
the wish image yaitu : citra yang ingin dicapai
oleh manajemen terhadap lembaga atau produk yang ditampilkan
·
the corporate image, terutama berkaitan dengan
bagaimana citra perusahaan yang positif lebih dikenal dan diterima oleh
publicnya.
Seluruh
tahapan dan rangkaian kegiatan Humas diharapkan bisa mendukung terwujudnya
citra positif organisasinya.
Beberapa
Cara Membangun Citra Diri Positif antara lain :
1. Persiapan
Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui
persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan
kita mengenai sesuatu. Keyakinan merupakan modal dasar meraih keberuntungan.
Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari
pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari
alternatif solusi, dan menyusun strategi. Wujud persiapan adalah belajar atau
mencari ilmu. Persiapan juga bisa melalui latihan.
2. Berfikir Unggul
Dengan berfikir unggul akan mendorong kita senantiasa
berusaha menghasilkan yang terbaik. Berfikir unggul sama saja berfikir tentang
kemenangan. Jadi jangan berfikir tentang kekalahan.
3. Belajar berkelanjutan
Membangun citra diri yang positif melalui komitmen pada
belajar berkelanjutan. Hasil belajar akan meningkatkan nilai bagi orang yang
berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru. Seringkali orang
yang berada pada tingkat atas merasa tidak perlu belajar lagi. Hal ini tentu
akan menurunkan tingkat keberhasilan, sehingga perlu belajar berkelanjutan.
4. Lakukan
perubahan dalam diri kita
Kesuksesan
dan citra diri tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan kita harus
mengupayakannya dengan sungguh-sungguh
B. Manfaat
Membangun Citra Diri Yang Positif
“You are what you think”. Ini adalah
pepatah luar negeri . Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif,
maka kita akan mengalami berbagai macam hal
positif sesuai dengan apa
yang kita pikirkan. Banyak ahli
percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung.
Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan
antara lain :
1.
Membangun Percaya Diri
Citra diri yang positif secara
alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci
sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama – lama
mengisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif
mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus
pada hal – hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal – hal yang sudah
tidak bisa ia lakukan lagi
2.
Meningkatkan Daya Juang
Dampak langsung dari citra diri
positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri
positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun
penyakit yang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah
dari segala krisis kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya
dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan
meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi
yang muncul dari orang yang bercitra diri
positif.
3. Membawa Perubahan
Positif
Orang yang memiliki citra diri
positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif
bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan
menjadi lebih baik, sebaliknya mereka akan melakukan perubahan untuk membuat
kehidupan menjadi lebih baik.
4. Mengubah Krisis
Menjadi Keberuntungan
Selain membawa perubahan positif,
orang yang memiliki citra diri positif mampu mengubah krisis menjadi kesempatan
untuk meraih keberuntungan. Citra diri positif mendorong orang untuk menjadi
pemenang dalam segala hal. Menurut orang – orang yang bercitra diri positif,
kekalahan, kegagalan, kesulitan, dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus
perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan
tersebut.
C. Peran Humas dalam
Membangun Citra Pemerintah
Fungsi paling dasar humas dalam
pemerintahan adalah membantu menjabarkan dan mencapai tujuan program
pemerintahan, meningkatkan sikap responsif pemerintah, serta memberi publik
informasi yang cukup untuk dapat melakukan pengaturan diri sendiri. Berarti
humas pemerintahan bertugas menjalankan kegiatan kebijakan dan pelayanan publik
dengan memberikan berbagai informasi tentang kebijakan pemerintahan yang
mengikat rakyat atau masyarakat. Selanjutnya memberikan pelayanan publik yang
terbaik, dengan birokrasi yang tidak berbelit-belit untuk memberikan kepuasan
kepada rakyat atau masyarakat sehingga dunia pemerintahan memperoleh citra positif
dari rakyat atau publik.
Dalam melaksanakan perannya, menurut
Lattimore (2010) ada empat model humas yang selalu diterapkan.
1. Model press agentry (agen pemberitaan); yaitu
menggambarkan bagaimana informasi bergerak satu arah dari organisasi menuju
publik.
2. Model informasi publik; yaitu model yang
menggambarkan bagaimana humas bertugas memberitahu publik. Model ini selalu
dipraktikkan oleh humas pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi nirlaba.
3. Model asimetris dua arah; yaitu memandang
humas sebagai kerja persuasi ilmiah yang menggunakan hasil riset untuk mengukur
dan menilai publik.
4. Model simetris dua arah; yaitu sebuah model
yang menggambarkan sebuah orientasi humas dimana organisasi dan publik saling
menyesuaikan diri. Model ini berfokus pada penggunaan metode riset ilmu sosial
untuk memperoleh rasa saling pengertian serta komunikasi dua arah antara publik
dan organisasi.
Dari keempat model tersebut, tiga
model pertama merefleksikan sebuah praktik humas yang berusaha mencapai tujuan
organisasi melalui persuasi. Model keempat berfokus pada usaha menyeimbangkan
kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau kelompok lainnya. Dalam
sebuah organisasi, khususnya di lingkup pemerintahan, humas memegang peranan
yang sangat penting dan strategis. Oleh karena itu parktik humas yang paling
ideal di dunia pemerintahan adalah berdasarkan model simetris dua arah.
Peranan Humas pemerintah adalah untuk
memberikan sanggahan mengenai pemberitaan yang salah dan merugikan pemerintah,
dan mengkomunikasikan atau menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah
kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membentuk citra positif pemerintah
daerah tersebut dimata publiknya. Pentingnya peran Humas instansi dan lembaga
perintah dalam masyarakat modern yaitu dalam melakukan kegiatan-kegiatan dan
operasinya di berbagai tempat berbagai bidang.
Demikian juga halnya dengan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar harus
memainkan perannya sebagai corong Pemkab Kampar dalam menyampaikan berbagai
informasi-informasi tentang pembangunan.
Terlebih lagi, Bupati Kampar H Jefry Noer SH menyampaikan tekatnya untuk
menerapkan lima pilar pembangunan Kampar menuju tiga zero yakni zero
kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh. Bagi sebagian orang yang belum
mengetahui program ini, tentu akan muncul pendapat-pendapat yang pesimis
tentang pencapaian tiga zero tersebut. Nah, disinilah peran humas dalam
membangun citra pemerintah dengan menyampaikan informasi tentang berbagai
program pembangunan yang telah dilaksanakan. Bagaimana Bupati Kampar dan jajaran telah bekerja keras untuk
mewujudkan tiga zero, yang mana diharapkan akan tercapai pada tahun 2016 akhir.
Penyampaian informasi berupa program
dan kebijakan Pemerintah Provinsi Riau juga melalui Humas Sekretariat
menggunakan media berupa pidato yang dibacakan oleh Bupati Kampar, media luar
ruang berupa baliho, dan website. Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar
juga menjalin hubungan dan kerja sama dengan beberapa media massa, baik media
massa nasional maupun lokal. Peran yang dilaksanakan oleh Humas Sekretariat
Daerah Kabupaten Kampar tercermin dalam aktivitasnya cenderung membentuk citra
positif Pemerintah Kabupaten Kampar. Aktivitas yang dilaksanakan oleh Humas
Sekretariat Daerah Kabupaten Kampar seperti peliputan dan mempublikasian
informasi lebih fokus pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Bupati dan jajaran.
2.5 Budaya Organisasi
1.
Hakikat Budaya Organisasi
Menurut Edward B. Tylor (1871), budaya
adalah sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat dan kapabilitas
serta kebiasaan yang di peroleh oleh seseorang sebagai anggota sebuah
perkumpulan atau komunitas tertentu.
Secara sederhana, budaya organisasi di
defenisikan sebagai nilai-nilai yang di anut serta cara bertindak organisasi
berikut para anggotanya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pihak luar.
Menurut Robbins (2003), pengertian
budaya organisasi adalah system makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama
ini, jika di amati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik
utama yang di hargai oleh suatu organissasi. Budaya organisasi berkaitan dengan
bagaimana karyawan mempersiapkan karakteristik dari suatu budaya organisasi,
bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau tidak.
Menuerut pandangan Davis (1984), budaya
organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang di pahami,
di jiwai, dan di praktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan
artit tersendiri dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasi .Bidaya
organisasi merujuk kepada suatu system pengertian bersama yang di pegang oleh
anggota-anggota suatu organisasi, yang memberdakan organisasi tersebut dari
organisasi lainnya.
2.
FungsiBudayaOrganisasi
Robbins (2003) menyatakan bahwa budaya
menjalankan sejumlah fungsi di dalam sebuah organisas, yaitu :
a. Menetapkan
tapalbatas, yang artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dan organisasi lainnya.
b. Membawa
rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi
c. Mempermudah
timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas dari pada kepentingan pribadi
seseorang
d. Memantapkan
system sosial, yang berarti perekat sosial yang membantu mempersatukan suatu
organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk hal-hal harus di
katakan dan dilakukan oleh para pegawai
e. Mekanis
mempebuat makna dan kendali yang memandau
dan memberntuk sikap serta perilaku para karyawan.
Organisasi yaitu,
a. Pengikat
seluruh komponen organisasi terutama pada saat organisasi menghadapi goncangan.
b. Alat
untuk menyatukan beragam sifat dan karakter serta bakat dan kemampuan yang
beragam yang ada dalam organisasi
c. Identitas
organisasi
d. Suntikan
energy untuk mencapai kinerja yang tinggi
e. Repsentasi
dari ciri kualitas yang berlaku dalam organisasi tersebut
f. Motivator
yang kuat bagi para anggota organisasinya
g. Pedoman
gaya kepemimpinan yang sesuai untuk kondisi organisasi yang bersangkutan
3.
Fungsi Budaya Organisasi Didalam Pemerintahan
a. Sebagai
batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun
kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki oleh yang lain.Contoh perusahaan 3M di Amerika di kenal sebagai perusahaan inovatif yang memburu pengembangan produk baru melalui program riset serta memberi penghargaan bagi karyawan yang inovatif.
kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki oleh yang lain.Contoh perusahaan 3M di Amerika di kenal sebagai perusahaan inovatif yang memburu pengembangan produk baru melalui program riset serta memberi penghargaan bagi karyawan yang inovatif.
b. Sebagai
perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan komitmen
kolektif dari karyawan. Mereka bangga sebagai pegawai suatu organisasi. Para
karyawan mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas
kemajuan organisasi.
c. Mempromosikan
stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana lingkungan kerja di
rasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan yang diatur.Contoh
perusahaan 3M di Amerika dalam
menjamin stabilitas sosial, mempromosikan sebuah kebijakan perekrutanyang menjamin lulusan universitas yang cakap akan direkrut pada saat yang tepat dan kebijakan pemberhentian yang menyediakan waktu 6 bulan bagi karyawan yang di berhentikan untuk mencari pekerjaan lain diluar 3M sebelum diberhentikan.
menjamin stabilitas sosial, mempromosikan sebuah kebijakan perekrutanyang menjamin lulusan universitas yang cakap akan direkrut pada saat yang tepat dan kebijakan pemberhentian yang menyediakan waktu 6 bulan bagi karyawan yang di berhentikan untuk mencari pekerjaan lain diluar 3M sebelum diberhentikan.
d. semua
orang diarahkan ke arah yang sama. Contoh, karyawan Disneyland di Dengan
dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur, Sebagai mekanisme
kontrol dalam memadu dan membentuk sikap perilaku karyawan. diperkenalkannya
tim-tim dan di beri kuasanya karyawan oleh organisasi, makna bersama yang
diberikan oleh suatu badaya yang kuat memastikan bahwa Amerika Serikat secara
universal menarik, bersih, dan tampak utuh dengan senyum yang cemerlang. Citra
ini di dukung oleh aturan dan pengaturan yang formal.
e. Sebagai
integrator. Budaya organisasi dapat di jadikan sebagai integrator karena adanya
sub-subbudaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya
perusahaan-perusahaan besar di mana setiap unit terdapat subbudaya baru.
Demikian pula dapat mempersatukan kegiatan para anggota perusahaan yang terdiri
dari sekumpulan individu yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.
f. Membentuk
perilaku bagi karyawan/anggota.Fungsi seperti ini
dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami bgaimana mencapai tujuan organisasi.Contoh, untuk membentuk perilaku karyawan yang baik dalam mencapai tujuan organisasi, dilakukan program pelatihan dimana karywan baru di ukur dan dievaluasi berdasarkan standar perjalanan karir selam 6 bulan pertama hingga 3 tahun bekerja.
dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami bgaimana mencapai tujuan organisasi.Contoh, untuk membentuk perilaku karyawan yang baik dalam mencapai tujuan organisasi, dilakukan program pelatihan dimana karywan baru di ukur dan dievaluasi berdasarkan standar perjalanan karir selam 6 bulan pertama hingga 3 tahun bekerja.
g. Sebagai
sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.
Masalah utrama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya organisasi diharapkan daptar berfungsi mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Masalah utrama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya organisasi diharapkan daptar berfungsi mengatasi masalah-masalah
tersebut.
h. Sebagai
acuan dalam menyusun perencanaan organisasi. Fungsi budayaorganisasi adalah sebagai acuan untuk menyusun
perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai
organisasi tersebut.
i.
Sebagai alat komunikasi. Budaya
organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan
atau sebaliknya, Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek
komuniksi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material dan
perilaku. Kata-kata mencerminkan kegiatan politik organisasi. Material merupakan
indikator dari status dan kekuasan, sedangkan perilaku merupakan
tindakantindakan realitas yang pada dasarnya dapat dirasakan oleh semua insan
yang ada dalam organisasi.
j.
Sebagai penghambat berinovasi. Budaya
organisasi dapat juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi
apabila budaya organisasi tidak dapat mengatasi masalah-masalan yang menyangkut
lingkungan ekstenal dan integrasi internal. Perubahan-perubahan
4.
Menjadikan Budaya Organisasi sebagai Sasaran Pembangunan Administrasi
Pelestarian
organisasi dapat dilkukan melalui berbagai cara, misalnya penyebarluasan cerita
mengenai organisasi, pengenalan hal-hal yang bersifat seremonia, simbol-simbol
yang di gunakan dan kebiasaan orgaisasi dalam pemberian penghargaan kepada
karyawan yang berhasil.
Menjadikan
budaya organisasi sebagai salah satu sasaran pembangunan administrasi berarti
bahwa budaya organisasi harus kuat sehingga mampu menjalankan lima fungsinya.
Sebaliknya budaya organisasi yang kuat dapat di ubah apabila perkembangan internal
dan eksternal menuntutnya.
Dengan
adanya pekembangan dan perubahan ini, di perlukan upaya memahami sasaran
pembangunan administrasi agar menghasilkan cara dan hanya pemerintahan (the ways of governing) yang dinamis dan
tidak statis. Selain itu, administrasi Negara akan di tuntut untuk secara tepat
berperan dalam suasana ketika manusia semakin meningkat pendidikannya, semakin
terspesialisasi kebutuhannya, semakin keras tuntutannya pada kualitas dan bukan
pada ketersediaan, serta semakin menuntut untuk berpatisipasi semaikin terbuka
dan system informasi yang semakin canggih dan cepat.
Banyak
Negara yang sudah membangun admnistrasinya menunjukan bahwa aspek-aspek
administrsi Negara yang menjadi sasaran pembangunan, yaitu :
a. Pengembangan
kelembagaan(institution building)
b. Pengembangan
sumberdaya manusia(human resource
management)
c. Peningkatan
kapasitas kerja(capacity building)
d. Penumbuhan
citra positif(image building)
e. Budaya
organisasi(organization culture)
Budaya
organisasi adalah persepsi yang sama tentang makna hakiki dari kehidupan
bersama dalam organisasi. Budaya organisasi mencakup semua segi kehidupan
organisasional mulai dari yang filsafati, strategi, kebijaksanaan, etos kerja,
sampai kepada hal-hal yang bersifat teknis seperti cara berpakaian, cara berbicara,
cara berinteraksi satu sama lain, dan sebagainya. Singkatnya budaya organisasi
mengatur cara berperilaku dalam organisasi yang bersangkutan. Penciptaan dan
pemeliharaan budaya organisasi sangat penting karena dari budaya organisasi
itulah organisasi tersebut dikenal. Dengan perkataan lain, budaya organisasi
menunjukkan ciri khas organisasi yang bersangkutan.
Pentingnya
penciptaan, penumbuhan, dan pemeliharaan budaya organisasi terlihat lebih jelas
lagi apabila diingat bahwa budaya organisasi mempunyai lima fungsi yang sangat
penting, yaitu :
(a) Sebagai
penentu batas-batas perilaku.
(b) Perekat
yang menjamin kesatuan dan persatuan di kalangan para anggotanya.
(c) Untuk
mengurangi ketentuan-ketentuan yang bersifat normatif.
(d) Untuk
mengurai kegiatan pengendalian dan pengawasan para pejabat pimpinan terhadap
para bawahannya.
(e) Penjamin
stabilitas sosial dalam organisasi.
Sasaran akhirnya
ialah agar seluruh anggota organisasi melakukan penyesuaian yang diperlukan
sehingga menampilkan perilaku yang sesuai dengan “ the way things are done in this organization “.
Pelestarian
budaya dapat dilakukan melalui berbagai
cara seperti penyebarluasan “ cerita” mengenai organisasi, pengenalan hal-hal
yang bersifat seremonial, simbol-simbol yang digunakan, kebiasaan organisasi dalam
pemberian penghargaan kepada karyawan yang berhasil, dan lain sebagainya.
Pelestarian budaya organisasi yang berhasil terlihat pada “usia budaya
organisasi yang lebih lama dari usia siapa pun dalam organisasi” yang
bersangkutan.
Menjadikan
budaya organisasi sebagai salah satu sasaran pembangunan administrasi berarti
bahwa budaya organisasi haruslah sedemikian kuat sehingga mampu menjalankan
lima fungsi yang telah disinggung di muka. Akan tetapi sebaliknya, budaya
organisasi harus tidak sedemikian kuatnya sehingga dapat diubah apabila
perkembang internal dan eksternal menuntutnya. Hal ini sangat penting karena
seperti dimaklumi, satu-satunya hal yang kosntan di dunia adalah perubahan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas adalah dengan adanya
perkembangan dan perubahan ini, maka di perlukannya memamhami sasaran
pembangunan administrasi agar menghasilkan cara dan gaya pemerintahan (the
ways of governing) yang dinamis dan tidak statis. Selain itu, administrasi
negara akan dituntut untuk secara tepat berperan dalam suasana dimana manusia
makin meningkat pendidikannya, makin terspesialisasi kebutuhannya, makin keras
tuntutannya pada kualitas dan bukan pada ketersediaan, serta makin menuntut
untuk berpartisipasi dalam proses yang menentukan nasibnya, dalam suasana pasar
yang makin terbuka dan sistem informasi yang makin canggih dan cepat.
Banyak Negara yang sudah membangun administrasinya
menunjukan bahwa aspek-aspek administrasi Negara yang menjadi sasaran
pembangunan ialah
a.
Pengembangan
kelembagaan (institution building)
b.
Manajemen
sumber daya manusia (human resource management)
c.
Pengembangan
Kemampuan (capacity building)
d.
Pengembangan
citra positif (image building)
e.
Budaya
organisasi (organizational culture)
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pembaca, penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam ejaan penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Dan penulis juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan Malayu S.P, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Siagian, Sondang, 2000, Administrasi
Pembangunan, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Anggara
Sahya dan sumantri, 2016, Administrasi
pembangunan teori dan praktek, Jakarta : Pustaka Setia
http://marsurindo
17.file.wordpress.com//kuliah-kesisteman-12-11.doc
http://catatanyangterlupa.blogspot.co.id/2012/04/hukum-internasional-klasifikasi-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar